BAHAN-BAHAN NABATI YANG DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
Oleh :
ANANG BUDI PRASETYO,SP
PPL BPP KECAMATAN TIRIS
DISAJIKAN DALAM PERTEMUAN PP
DI BPP KECAMATAN TIRIS
PADA TANGGAL : 19 JANUARI 2012
A. PENDAHULUAN
Dalam usaha pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan untuk menerapkan sistem pengendalian hama terpadu (PHT), yaitu usaha pengelolaan OPT yang menggunakan beberapa cara pengendalian yang sesuai alam satu sistem yang kompatibel. Penerapan PHT bertujuan untuk mengurangi atau mempertahankan populasi organisme pengganggu di bawah tingkat yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi dengan tujuan memantapkan produksi pada taraf tinggi untuk mempertahankan kelestarian lingkungan, aman bagi produsen dan konsumen serta menguntungkan petani. Dalam sistem PHT tersebut, pestisida kimia sintetis merupakan alternatif terakhir, yaitu apabila cara-cara lain tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sampai dewasa ini penggunaan pestisida kimiawi sintetis masih merupakan pilihan utama petani dan penggunaannya pun masih belum seperti yang diharapkan. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya perubahan ekologi yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman dan sebaliknya menguntungkan bagi OPTnya. Hal lain yang timbul kemudian adalah resurjensi, resistensi dan keracunan pada pengguna pestisida, binatang piaraan, satwa liar, organisme bukan sasaran lainnya dan lingkungan.
Keadaan yang tidak menguntungkan bagi manusia dan lingkungan tersebut di atas membuat masyarakat mulai memikirkan kembali cara-cara untuk mengembalikan keadaan tersebut kearah keadaan yang lebih aman untuk manusia dan lingkungan atau menciptakan kembali lingkungan yang sehat. Dewasa ini terdapat usaha untuk mencari pestisida baru yang tidak memberikan dampak negatif atau setidak-tidaknya pestisida yang sifat negatifnya relatif kecil. Salah satu peluangnya adalah pemanfaatan bahan-bahan alami, khususnya yang berasal dari tumbuhan. Untuk itu Perlu digali kembali. dan dikembangkan potensi manfaat tumbuhan untuk pengendalian OPT yang lebih akrab dengan lingkungan yang telah tersedia di alam.
Pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan menggunakan pestisida nabati, pestisida biologi dan agensia hayati merupakan terobosan baru yang perlu dikembangkan dan ditindak lanjuti. Hal tersebut penting karena dewasa ini sangat dirasakan adanya perubahan ekosistem tumbuhan yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhannya dan menguntungkan bagi organisme penggangu tanaman. Cara pengendalian tersebut diatas merupakan suatu usaha pengendalian yang sesuai dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan dipandang lebih aman dan akrab dengan lingkungan.
B. BAHAN-BAHAN NABATI DAPAT SEBAGAI PESTISIDA
I. INSEKTISIDA
1. Pinus (Pinus merkusii)
Bagian : Batang.
Pembuatan : Serbuk gergaji kayu pinus dijemur sampai kering kemudian disebarkan ke bahan persemaian pada pagi hari.
Sasaran : Menghambat penetasan wereng coklat
2. Picung/Kluwek (Pangium edule)
Bagian : Buah.
Pembuatan : Satu buah picung dihancurkan kemudian
direndam dalam 1 gelas air selama satu hari satu malam. Hasil rendalam tersebut disaring dan dilarutkan dalam 10 liter air kemudian disemprotkan. Akan lebih efektif dan efisien bila dikombinasikan dengan perangkap “yuyu” (ketam)/laos/kotoran ayam ras/bangkai keong mas atau bahan perangkap lain.
Sasaran : Walang sangit.
Kandungan : palmitic acid, oleic acid dan linoleic acid.
3.Sirsak (Annona muricata) dan Tembakau (Nicotiana tabacum)
Bagian : Daun, biji (sirsak) dan Daun (tembakau).
Pembuatan : 50 lembar daun sirsak diremas-remas
dicampur 1 ons tembakau, direndam dalam 1 liter air selama
24 jam. Air rendaman disaring dan dilarutkan dalam 28 liter
air kemudian disemprotkan. Akan lebih efektif dan efisien
bila dikombinasikan dengan perangkap seperti tersebut diatas.
Sasaran : Walang sangit.
Kandungan : Annonain (sirsak) dan nikotin (tembakau)
4. Sirih (Piper bettle)
Bagian : Daun.
Pembuatan : Daun sirih ditumbuk halus dan dicampur air secukupnya kemudian disaring. Air saringan sebanyak 3 cc/liter air disemprotkan.
Sasaran : Walang sangit.
5. Gadung (Discorea hispida)
Bagian : Umbi.
Pembuatan : Umbi gadung seberat 5 Kg. diparut kemudian direndam dalam 10 liter air. 1 liter air rendaman dicampur dengan 14 liter air untuk disemprotkan.
Sasaran : Walang sangit.
Kandungan: Diosgenin dan Steroid saponin.
6. Lengkuas (Alpinia galanga) dan Jahe
Bagian : Rimpang.
Pembuatan : Lengkuas dan jahe ditumbuk atau diparut, kemudian diperas untuk diambil sarinya, selanjutnya dicampur air sebukupnya untuk disemprotkan pada areal tanaman terserang.
Sasaran : Ulat grayak kedelai.
7. Tembakau (Nicotiana tabacum)
Bagian : Daun.
Kandungan : Nikotin.
Pembuatan : Tembakau seberat 0,5 Kg. dimasukkan ke dalam kaleng dan disiram air panas 4 liter, kemudian didiamkan sampai dingin. Campuran disaring dan dilarutkan ke dalam air dengan konsentrasi 60 cc/15 liter air, siap disemprotkan pada tanaman terserang.
Sasaran : Aphis, ulat, kumbang, penggerek dan WBC
8. Sengon Buto
Bagian : Daun
Pembuatan : Daun sengon buto sebanyak 5 Kg direndam
dalam air sebanyak 100 liter selama 24 jam. Air rendaman disaring dan siap disemprotkan pada tanaman.
Sasaran : Belalang daun jagung.
9. Srikaya (Annona squamosa)
Bagian : Biji.
Pembuatan : Biji yang telah tua ditumbuk sampai halus. Tepung yang terbuat dari 20 butir biji dicampur dengan 1 liter air. Sebagai bahan perekat bisa ditambah air sabun.
Sasaran : Wereng, Aphis, semut dan ulat kubis.
Kandungan : Annonain dan resin.
10. Tuba (Derris eliptica)
Bagian : Akar dan kulit kayu.
Pembuatan : Akar dan kulit kayu ditumbuk dan dicampur air lalu disaring. 6 Sendok larutan dicampur dengan 3 liter air. dapat ditambah air sebagai perekat.
Sasaran : Berbagai jenis ulat (racun kontak dan perut).
Kandungan : Rotenon.
11.Mimba (Azadirachta indica)
Bagian : Daun dan biji
Pembuatan : Biji dan daun ditumbuk (1 Kg) lalu direbus dengan air 5 liter dan didinginkan selama 1 malam kemudian disaring.
Sasaran : Ulat, kutu, kumbang dan penggerek.
Kandungan : Azadirachtin, meliantriol dan salanin.
12. Bawang Putih
Bagian : Umbi.
Pembuatan : 1 ons bawang putih ditumbuk dicampur dengan
minyak mineral lalu direndam selama 2 hari. Tambahkan o,5 liter air dan 30 gram sabun lalu disaring. Penggunaan 3 sendok teh larutan dicampur 1 liter air.
Sasaran : Trips, Aphis dan Wereng.
13. Tembelekan
Bagian : daun.
Pembuatan : 1 Kg daun tembelekan direbus dengan 1 liter air lalu disaring kemudian tambahkan air sebanyak 4 liter
Sasaran : Aphis.
14. Kenikir (Cosmos caudatus)
Bagian : daun
Pembuatan : Daun secukupnya ditambah 3 siung bawang putih, 2 cabai rawit direbus lalu disaring. Penggunaan dicampur dengan air sabun.
Sasaran : Wereng dan serangga kecil.
15. Cabai Merah
Bagian : Buah.
Pembuatan : Beberapa cabai merah digiling lembut ditambah air dan sedikit sabun.
Sasaran : Ulat dan serangga kecil.
16. Kemangi (Ocimum sp.)
Bagian : Daun.
Pembuatan : Daun segar atau kering direbus lalu disaring.
Sasaran : Serangga kecil
17. Gamai (Klereside sp.)
Bagian : Daun dan Kulit batang.
Pembuatan : Daun dan kulit batang ditumbuk sampai halus lalu di cam pur dengan air dan disaring.
Sasaran : Berbagai jenis serangga.
18. Tomat (Lycopersicum esculentum)
Bagian : Batang dan daun.
Pembuatan : Didihkan batang dan daun tomat lalu disaring dan didinginkan. Akan lebih baik bila dicampur dengan sabun.
Sasaran : Berbagai serangga kecil.
19.Dringo
Bagian : Akar.
Pembuatan : Akar ditumbuk sampai menjadi tepung lalu dicampur air.
Sasaran : Berbagai serangga kecil.
20. Jarak (Ricunus communis)
Bagian : Biji.
Pembuatan : 1 Kg biji jarak ditumbuk sampai halus lalu dicampur dengan 2 liter air dan dipanasi selama 10 menit. Ditambah 2 sendok makan minyak tanah dan sabun, ramuan disaring dan dilarutkan dalam 10 liter air.
Sasaran : Berbagai jenis serangga.
21. Kunyit (Curcuma domestica)
Bagian : Rimpang.
Pembuatan : Akar rimpang ditumbuk dicampur dengan urine sapi. Cam
puran diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : 3.
Sasaran : Berbagai jenis serangga.
22. Mahoni (Swietenia mahagoni)
Bagian : Biji.
Pembuatan : Biji mahoni dihaluskan dan dicampur air dengan konsentrasi 10 gr/l, kemudian disemprotkan.
Sasaran : Kutu daun jeruk (Aphis sp.).
23. Bandotan (Ageratum conzoides)
Bagian : Daun, bunga batang dan daun.
Sasaran : Serangga (racun perut serangga).
Kandungan : Saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri.
24. Mindi (Melia azederach)
Bagian : Daun dan biji.
Sasaran : Serangga.
Kandungan : Azadirachtin, meliantriol, salanin dan nimbin.
25. Lada (Piper nigrum)
Bagian : Biji.
Sasaran : Serangga.
Kandungan : Alkaloid, methylpyrrolie, pipervatine, chavincine,
piperidine dan piperine.
II. FUNGISIDA
1. Bawang Putih
Bagian : Umbi.
Pembuatan : 1 ons bawang putih ditumbuk dicampur dengan
minyak mineral lalu direndam selama 2 hari. Tambahkan o,5 liter air dan 30 gram sabun lalu disaring. Penggunaan 3 sendok teh larutan dicampur 1 liter air.
Sasaran : Penyakit Fusarium.
2. Mimba (Azadirachta indica)
Bagian : Daun dan biji.
Sasaran : Cendawan. Kandungan : Azadirachtin, meliantriol dan salanin.
3. Lada (Piper nigrum)
Bagian : Biji.
Sasaran : Cendawan.
Kandungan : Alkaloid, methylpyrrolie, pipervatine, havincine,piperidine dan piperine.
III. PEREKAT
1. Labu
Bagian : Buah.
Pembuatan : Buah labu diparut lalu diperas dan disaring. Air perasan dicampur dengan 5 sendok untuk 1 liter air.
IV. REPELLENT
1. Jengkol
Bagian : Buah.
Pembuatan : Buah jengkol diiris-iris kecil kemudian disebarkan di sawah yang berair.
Sasaran : Tikus.
2. Kenikir (Cosmos caudatus)
Bagian : Daun
Sasaran : Sebagai penolak.
V. ATTRACTANT
1. Selasih (Ocimum sanctum)
Bagian : Daun.
Pembuatan : Satu genggam daun selasih ditumbuk halus dan diberi air 5 ml, kemudian disaring. Air saringan tersebut diteteskan pada kapas lalu dimasukkan kedalam perangkap plastik.
Sasaran : Lalat buah.
Kandungan : Metil eugenol
2.KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendra)
Bagian : Daun.
Pembuatan : Satu genggam daun Kayu putih ditumbuk halus
dan diberi air 5 ml, kemudian disaring. Air saringan tersebut diteteskan pada kapas lalu dimasukkan kedalam perangkap plastik.
Sasaran : Lalat buah. Kandungan : Metil eugenol.
3. PANDAN (Pandanus sp.)
Bagian : Daun.
Pembuatan : Satu genggam daun pandan wangi ditumbuk
halus dan diberi air 5 ml, kemudian disaring. Air saringan tersebut diteteskan pada kapas lalu dimasukkan kedalam perangkap plastik.
Sasaran : Lalat buah
VI. RODENTISIDA
1. Gadung (Discorea hispida)
Bagian : Umbi.
Sasaran : Tikus.
Kandungan : Diosgenin dan Steroid saponin.
2. Gadung KB (Discorea composita)
Bagian : Umbi.
Sasaran : Tikus.
Kandungan : Alkaloid dioskorin.
3. Tefrosia (Tephrosia vogelii)
Bagian Daun.
Sasaran : Tikus.
Kandungan : Tephrosin dan deguelin.
VII. BAKTERISIDA
- Mimba (Azadirachta indica)
Bagian : Daun dan biji.
Sasaran : Bakteri. Kandungan : Azadirachtin, meliantriol dan salanin
2. Picung (Kluwek/Pangium edule)
Bagian : Biji.
Pembuatan : konsentrasi 30 g/l disemrotkan pada tanaman padi.
Sasaran : Penyakit kresek ada padi
VIII. NEMATISIDA
1. Lada (Piper nigrum)
Bagian : Biji.
Sasaran : Nematoda. Kandungan : Alkaloid, methylpyrrolie, pipervatine, chavincine,piperidine dan piperine.
2. Tembakau (Nicotiana tabacum)
Bagian : Daun.
Kandungan : Nikotin.
Pembuatan : 0,25 Kg daun tembakau direbus dengan 5 liter air selama 0,5 jam, tambahkan 30 gram sabun lalu disaring. Penggunaan 1 bagian larutan ditambah 4 bagian air.
Sasaran : Nematoda.
IX. MOLUSKISIDA
1. Tefrosia (Tephrosia vogelii)
Bagian : Daun. Sasaran : Siput. Kandungan : Tephrosin dan deguelin.
2. Sembung (Blumea balsamifera)
Bagian : Daun.
Sasaran : Siput. Kandungan : Borneol, sineol, limonen, D.M. eter
floroasetofenon.
3. Pinang (Areca cathecu)
Bagian : Biji.
Pembuatan : Biji pinang ditumbuk lalu disebarkan ke sawah
Sasaran : Siput murbai. Kandungan Orecoline.
C. KESIMPULAN
Pestisida nabati perlu digali lebih banyak dan disosialisasikan pemakainnya kepada petani untuk mengendalikan OPT karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pestidia kimiawi sintetis antara lain :
a. Relatif lebih ramah lingkungan.
b. Tersedia dialam.
c. Relatif murah.
d. mudah membuatnya dan aplikasinya. Namun demikian pestisida memiliki kekurangan antara lain tidak tahan lama disimpan setelah dibuat dan tingkat kematian OPT relatif lebih rendah dibandingkan dengan pestisida kimiawi sintetis.
DAFAR PUSTAKA
a. Ardiwinata, A.N. dan M. Djazuli. 1992.Dampak penggunaan insektisidaorganoklorin di masa silam di JawaBarat. hlm. 313-317. Prosiding Simposium Penerapan PHT. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Sukamandi.
b. Balai Karantina Pertanian Jakarta. 1994.Hasil pemantauan daerah sebar hama lalat buah (Diptera: Tephritidae) berikuttanaman inangnya. Makalah Seminar Nasional Hasil Pemantauan Hama LalatBuah, Jakarta, 10-11 Februari 1994. 30 hlm.
c. Ditjentanhorti (Direktotar Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura). 1997.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar